INFORMASI :

SELAMAT DATANG DI WEBSITE PEMERINTAH DESA ROGODADI KECAMATAN BUAYAN KABUPATEN KEBUMEN

Data Pantauan Corona Desa

Loading..

Arsip Adat Istiadat Desa

Merdi Desa Rogodadi

Merdi Desa Rogodadi

Merdi desa atau sedekah bumi merupakan salah satu tradisi dan adat istiadat Desa Rogodadi yang secara turun temurun masih dilestarikan sebagai wujud ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas limpahan hasil bumi dan memohon doa agar di tahun-tahun berikutnya selalu dilimpahkan hasil panen yang berkah dan melimpah. Merdi desa rutin dilaksanakan setelah panen musim kemarau selesai. Penyelenggaraan merdi desa terbagi menjadi dua cara, mengingat leluhur terdahulu memiliki tradisi yang berbeda untuk Meto Lor dan Meto Kidul. Untuk Meto Kidul yang terbagi menjadi Dukuh Meto Tengah, Dukuh Sendang dan Dukuh Kebon dilaksanakan pada hari Jumat Kliwon. Sedangkan merdi desa Meto Lor yang terbagi menjadi Dukuh Karang, Dukuh Meto Lor dan Dukuh Karangkandri dilaksanakan satu hari sebelum pelaksanaan di Meto Kidul tepatnya pada malam Jumat Kliwon.

Serangkaian pelaksanaan Merdi Desa Meto Lor khusus wilayah Dk.Karangkandri dilaksanakan dengan pembagian daging kambing kemudian dilanjutkan dengan kenduri ba'da Maghrib di Balai Grumbul. Sedangkan Dukuh Karang dan Meto Lor menampilkan Janenan sesuai dengan adat istiadat sesepuh terdahulu (Kyai Nuryadi atau mempunyai julukan Kyai Dukuh) yang mana tradisi tersebut kental dengan nuansa Islami yaitu Janenan (Rebana). Janenan berlangsung sekitar pukul 14.00 s.d 16.00 di kediaman kepala wilayah setempat. Tidak hanya dari penyajian kesenian yang berbeda, untuk hewan yang disembelihpun berbeda yaitu menyembelih seekor kambing atau wedhus abang

Meto Kidul yang terdiri dari Dukuh Meto Tengah, Dukuh Sendang dan Dukuh Kebon melaksanakan serangkaian acara Merdi Desa mulai hari Kamis malam Jumat Kliwon pada waktu yang telah ditentukan, yang diawali dengan penyembelihan "kerbau jantan" di Balai Desa untuk dibagikan secara merata kepada warga yang bertempat tinggal di wilayah Meto Kidul serta warga luar desa (manca) yang memiliki tanah di wilayah tersebut.

Pada hari kedua yang bertepatan pada hari Jumat Kliwon pagi di Gor Desa Rogodadi dilaksanakan kenduri menggunakan tenong. Tenong merupakan benda yang terbuat dari bambu biasa digunakan sebagai wadah makanan berbentuk bulat. Tenong ini berisi nasi, lauk pauk, sayur, buah lengkap, didoakan oleh tokoh agama desa kemudian dilanjutkan dengan makan bersama. Di siang hari dilanjutkan penampilan kesenian Lengger atau biasa disebut lenggeran. Lengger memulai menari di Sendang Pelus dengan membawakan 7 buah lagu sebagai rasa hormat terhadap leluhur terdahulu yaitu Mbah Singosari. Berbeda dengan kesenian yang bernuansa islami pada Meto Lor, Meto Kidul memiliki tradisi yang kental dengan nuansa keraton berupa seni tari tayub.

Malam hari setelah Isya, kegiatan dilanjutkan dengan acara pesta. Pesta diikuti oleh warga yang berkenan membuat isian dondang. Dondang berisi makanan berat (nasi, aneka lauk pauk, sayur, peyek, kerupuk, buah), makanan ringan (snack basah dan kering) dilengkapi dengan minuman. Satu dondang biasa dibawa oleh 2 sampai 4 orang pria tanpa memandang usia, sehingga mulai dari anak-anak hingga dewasa diperkenankan mengikuti pesta dengan berpakaian adat Jawa (Jas, jarit, blangkon). Sama seperti halnya kenduri, pesta ini dilakukan dengan doa kemudian menikmati hidangan yang telah dibawa bersama-sama. Seusai pesta, lengger kembali menari bersama warga yang berkenan untuk Nayub hingga pagi menjelang subuh diiringi musik gamelan dan sinden yang tentunya memanjakan para penikmat kesenian tayub/lengger.

Bagikan :

Tambahkan Komentar Ke Twitter

Data Desa

Statistik Pengunjung

Polling 1

Polling 2