Legenda dan Sejarah


Legenda dan Sejarah
A. Legeda Desa
Pada jaman dahulu Desa Rogodadi merupakan penggabungan 2 (dua) buah desa/dukuh Rogodadi berarti penggabungan dua jiwa menjadi satu (dua perdukuhan/desa) meto lor dan meto kidul diblengket (digabung) menjadi satu desa. Rogodadi diurai dari kata Rogo berarti jiwa (Ro=dua) , Dadi berarti jadi/bentuk.
Suatu ketika datang seorang pengembara yang sakti dan bijaksana yang bernama Singosari yang hijrah dari Keraton Solo beserta dengan seluruh keluarganya ke Dusun Meto Kidul dan seorang Kyai bernama Nuryadi juga berasal dari solo dan menetap di Dusun Meto Lor. Akan tetapi latar belakang dari kedua tokoh tersebut berbeda. Singosari merupakan salah satu keturunan Keratin Solo dengan latar belakang kebudayaan jawa yang begitu kental, sedangkan Nuryadi yang berlatar belakang seorang Kyai yang selanjutnya mempunyai julukan Kyai Dukuh.
Dari latar belakang dan asal yang berbeda dari keduanyapun memiliki tradisi dan kebudayaan yang berbeda pula untuk Dusun Meto Kidul mempunyai tradisi yang kental dengan nuansa Keraton berupa Seni Tari Tayub sedangkan untuk Dusun Meto Lor mempunyai tradisi dengan nuansa Islami yaitu Janengan (Rebana).
Latar belakang, tradisi dan adat kebudayaan yang berbeda merupakan cerminan dari 2 (dua) desa yang berbeda karakteristik dan kepemimpinanya, dari keduanya masing-masing memimpin pemerintaham desa masing-masing dan hidup rukun dan damai walaupun berbedakarakter dan kebudayaannya. Hingga beberapa generasi Lurah dan gelondong secara turun menurun hingga berganti generasi.
Diantaranya Gelondong Sambel sebagai lurah Meto Lor dan Jabar sebagai lurah Meto Kidul, pada generasi inilah terbentuknya Pemblengketan (Penggabungan) dua desa menjadi satu yaitu meto lor dan meto kidul diblengket menjadi satu desa yaitu Desa Rogodadi (Dua Jiwa Menjadi Satu) dan pada saat itu sebagai llurah Desa Rogodadi pertama adalah Jabar. Namun demikian tradisi dan adat kebudayaan dari 2 desa tersebut sebelum disatukan masih harmonis dan masih dijalankan walaupun berbeda latar belakang dan kondisinya. Adat yang masih kental sebagai Tradisi dan Adat di Desa Rogodadi yang terdiri dari adat Syukuran Sadranan, Suran, Unggah-unggahan serta Merdi Desa. Untuk kegiatan merdi desa khususnya masih berjalan kesenian Tayub untuk wilayah Meto Kidul yang dilakukan setelah musim panen sadon yang merupakan suatu pesta rakyat yang masih berjalan secara turun-temurun sebagai rasa syukur atas limpahan hasil bumi atau sering disebut Sedekah Bumi dan begitu juga dengan Dukuh Meto Lor sebagai rasa syukut setelah panen pun masih melestarikan adat berupa Janengan (Rebana).
Pelestarian adat dan tradisi masing-masing perdukuhan, kendati berbeda adat tetap berjalan harmonis dan damai hingga sekarang.